Rabu, 01 Januari 2020

Total Suspended Solid (TSS) di Angsana

Pantai Angsana merupakan salah satu wisata pantai yang terletak di Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Pantai Angsana memiliki terumbu karang yang cukup baik dan beberapa ikan-ikan kecil yang dilindungi, seperti ikan badut (Amphiprion percula), ikan mulut api (Firemouth cichlid), coral beauty fish, kuda laut (Hippocampus sp.), dan masih banyak yang lain. Pantai Angsana merupakan pantai berpasir dengan fasilitas dasar untuk snorkeling dan menyelam.
Gambar 1. Pantai Angsana

Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran partikel koloid.  Zat yang tersuspensi biasanya terdiri dari zat organik dan anorganik yang melayang-layang dalam air, secara fisika zat ini sebagai penyebab kekeruhan pada air. Limbah cair yang mempunyai kandungan zat tersuspensi tinggi tidak boleh dibuang langsung ke badan air karena disamping dapat menyebabkan pendangkalan juga dapat menghalangi sinar matahari masuk kedalam dasar air sehingga proses fotosintesa mikroorganisme tidak dapat berlangsung.

Lumpur, tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur termasuk TSS. TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS.

Kekeruhan adalah kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi. Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg/L dari fine talcum powder akan memberikan pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang mengandung 1.000 mg/L coarsely ground talc . Kedua sampel juga akan memiliki pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel mengandung 1.000 mg/L ground pepper.  Meskipun tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS yang sama.

Perbedaan antara padatan tersuspensi total (TSS) dan padatan terlarut total  (TDS) adalah berdasarkan prosedur penyaringan. Padatan selalu diukur sebagai berat kering dan prosedur pengeringan harus diperhatikan untuk menghindari kesalahan yang disebabkan oleh kelembaban yang tertahan atau kehilangan bahan akibat penguapan atau oksidasi.


Prinsip analisa TSS sebagai berikut :
Contoh uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.


TSS (mg/L) = (A-B) X 1000 / V

Keterangan:

A = berat kertas saring + residu kering (mg)

B = berat kertas saring (mg)

V = volume contoh (mL)


Terumbu karang adalah endapan-endapan massif penting kalsium karbonat yang terutama dihasilkan oleh karang Scleractinia dengan sedikit tambahan alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan CaCO3 (Nybakken,1992 dalam Yunandar, 2011). Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik primer yang sangat tinggi 11.680 gC/m2 pertahun (Supriharyono, 2007 dalam Yunandar, 2011).

Ekosistem terumbu karang di zona litoral perairan laut Angsana memiliki keunikan karakter karena dapat bertahan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan akibat tekanan lingkungan. Kondisi ini bertentangan dengan teori pertumbuhan dan perkembangan karang (Suharsono,1996 dalam Yunandar, 2011) sebagai prasyarat untuk kehidupan karang. Ancaman jalur transportasi kapal tongkang batubara di sekitar ekosistem terumbu karang Angsana saat ini berpotensi merusak ekosistem karang baik dari lychite (air yang keluar dari timbunan batubara) karena pembasahan dari penyiraman atau hujan saat dilakukan pengapalan sehingga memiliki peluang atau resiko yang dapat menjadikan perairan laut Angsana bersuasana asam, perubahan suhu permukaan laut dan turbiditas. Terlebih lagi adanya perizinan usaha pembangunan pelabuhan khusus batubara di desa sekitarnya dan cara-cara penangkapan yang bersifat destructive fishing oleh nelayan luar menambah rentannya ekosistem ini dari kerusakan dan kepunahan.

Potensi terumbu karang Angsana sampai saat ini belum teridentifikasi baik kondisi dan luasan dengan pasti. Struktur tutupan (coverage) berupa spot-spot karang dengan habitat karang hidup berada di bagian tengah di ikuti ekosistem pasir berada di bagian tepi yang bercampur dengan karang mati/rubble sedangkan ekosistem lamun tidak ditemukan. Karang yang terdapat di Pantai Angsana memiliki toleransi terhadap kondisi variasi lingkungandarp parameter kualitas air salinitas, suhu, dan arus akibat pengaruh sungai sekitar.

Luasnya tutupan karang batu dan jenis-jenis fauna bentik lainnya yang tumbuh pada substrat karang yang tersedia serta banyaknya jenis yang hadir dari Acropora umumnya diterima sebagai petunjuk yang berarti bagi kondisi karang. Secara umum tingginya tutupan karang batu dan keragaman jenis merupakan petunjuk dari karang yang sehat. Kedua indikator ini sering digunakan dalam keperluan pemantauan berkala kondisi terumbu karang (Gomez and Yap, 1984). Persentasi karang keras yang sudah cukup lama mati dan diselimuti alga (Dead Coral with Algae-DCA) cukup tinggi dijumpai pada semua stasiun. Faktor penyebab matinya karang batu ini dan kemudian terbentuk DCA akibat tingginya sedimentasi, dampak akumulatif aktivitas bongkar muat material batubara karena wilayah tersebut merupakan jalur transportasi dan telah beroperasi kembali pelabuhan khusus batubara dan penggunaan potassium sianida.

Parameter suhu, salinitas, dan kekeruhan, terhadap pertumbuhan dan perkembangan kehidupan karang. Nilai suhu permukaan laut antara 29.2-31.5 0C, idealnya adalah 25-29 0C (Supriharyono, 2000 dalam Yunandar, 2011), disebabkan dangkalnya perairan sehingga cahaya matahari dapat langsung diabsorpsi badan air. Parameter salinitas di lokasi penelitian 30.3-30.6 0/00 idealnya kehidupan karang memerlukan 34–36 0/00 kondisi ini dipengaruhi oleh sungai-sungai besar di sekitar lokasi yang membawa sedimen. Kekeruhan (turbiditas) merupakan bagian dari sedimen (padatan tersuspensi yang berukuran kecil) berupa suspended solids dan setteable solids dengan nilai 6–20 ntu, peningkatan kekeruhan secara terus menerus dapat menimbulkan meningkatnya makroalga yang umumnya menutupi karang-karang hidup akibatnya karang mengalami stress, seperti hilangnya warna, tertutup oleh silt atau lendir yang berlebihan sehingga keanekaragaman karang di peraiaran Angsana rendah. Besarnya tekanan lingkungan dari ketiga faktor pembatas tersebut menyisakan jenis Acropora yang dominan dalam percent cover yang memiliki kemampuan bertahan dengan perubahan yang ekstrim.



Daftar Pustaka

Yunandar. 2011. Pemetaan Kondisi Karang Tepi (Fringging Reef) dan Kualitas Air Pantai Angsana Kalimantan Selatan. Bumi Lestari Vol 11 No 1 : 50-57.


Novie. 2012. Total Suspended Solid (TSS). Diakses pada 1 Januari 2020 dari https://environmentalchemistry.wordpress.com/2012/01/11/total-suspended-solid-tss-2/.



Senin, 30 Desember 2019

Oseanografi Geologi

Oseonografi adalah ilmu yang mempelajari laut dalam segala aspek dengan penekanan laut sebagai suatu lingkungan. Oseonografi meliputi bidang yang lebih luas yang menggunakan prinsip-prinsip fisika, kimia, biologi dan geologi. Ilmu dasar ini diaplikasikan untuk menelaah sifat komponen lautan.
Oseanografi geologi (geological oceanography) adalah ilmu yang mempelajari tentang konfigurasi cekungan laut , asal usul cekungan laut, sifat batuan dan mineral yang dijumpai di dasar laut, dan berbagai proses geologi di laut. Kata lain untuk menyebutkan oseanografi geologi adalah geologi laut (marine geology).
Kehadiran lautan sebagaimana tampaknya sekarang ini tidak terlepas dari proses pembentukan bumi. Kerak lautan merupakan bagian dari bumi, sehingga asal usulnya maupun aspek-aspek daan proses-proses selanjutnya merupakan rentetan proses alam yang bekerja hingga sekarang dan masih tetap berlangsung terus.

1.1. Teori dan Analisa tentang Asal Usul Lautan

1.1.1. Hipotesa Pelepasan Lempeng

Kondisi ini bumi dalam keadaan tidak stabil karena pada bagian dalamnya masih cair dan panas. Sehingga terciptalah kondisi mudah terjadi peretakan-peretakan diantara dua lapisan yang berbeda fase. Terjadinya peretakan-peretakan dalam waktu relatif lama, bumi tetap berputar dan bergerak mengelilingi matahari, sehingga terjadilah pelepasan sebagian lapisan luar dari bumi akibat adanya gaya lemparan (centrifugal) tidak seimbang dengan gaya tarikan bumi (centripetal). Terlepasnya sebagian permukaan bumi tersebut maka terbentuklah cekungan yang membentuk lautan. 
Terisinya cekungan-cekungan di permukaan bumi oleh air daapat dihubungkan dengan temperatur permukaan bumi, yang memungkinkan terjadinya pengembunan gas-gas air (H2O). Saat itulah diduga terbentuknya lautan dengan berbagai reaaksi kimia dan interaksi di dalamnya.

1.1.2. Teori Undasi

Van Bemmelen (1932-1935), menjelaskan bahwa permukaan bumi tidak rata yaitu sebagian cekungan dan sebagian pegunungan, diakibatkan oleh gelombang turun naik terhadap bagian bumi yang cair (magma). Timbulnya gerakan gelombang tersebut merupakan pengaruh pemisahan magma dari yang basa ke asam dan dari basa ke ultrabasa. Terdapat empat susunan magma yaitu asam, intermediat, basa, dan ultrabasa. 

1.1.3. Teori Tektonik Lempeng 

Menurut teori tektonik lempeng, seluruh kerak bumi dipandang tersusun oleh beberapa lempengan besar yang bergerak seperti balok yang kaku di atas permukaan bumi. Batas-batas lempeng adalah kawasan memiliki aktifitas seikmik tinggi, yang terjadi karena pembentukan material kerak baru sepanjang pematang tengah samudera, maupun karena material kerak yang tua tersubduksikan di daerah palung. Dengan demikian, batas lempeng ditentukan oleh aktifitas seismik.

Gambar 1.1. Peta pembagian lempeng-lempeng kerak bumi
     
a)       Kontak divergen, yang disebut juga dengan spreading center (pusat pemekaran). Pada kontak ini, lithosphere yang baru terus menerus terbentuk karena dua lempeng saling menjauh. Pembentukan cekungan laut terjadi pada kontak lempeng jenis ini, seperti Samudera Atlantik. Kejadian yang dijumpai di daerah divergent yaitu karena aktivitas vulkanisme laut; aktivitas gempa; perenggangan lempeng yang disertai dengan tumbukan di kedua tepi lempeng; dan pembentukan tanggul dasar samudra (mid ocean ridge).

Gambar 1.2. Perbatasaan Divergen


b)     Kontak konvergen, terjadi bila dua lempeng bergerak saling mendekat satu sama lain. Pada kontak konvergen salah satu lempeng menyusup ke bagian bawah yang lain, yang dalam kasus ini kita sebut subduction zone (zona penunjaman atau zona subduksi). Pada kontak ini dapat terjadi dua lempeng saling benturan, yang disebut zona kolisi. Zona subduksi adalah zona tempat lempeng samudera dikomsumsi, seperti Palung Jawa di sebelah selatan Pulau Jawa. Sedangkan zona kolisi adalah zona tempat terbentuknya kawasan pegunungunan, seperti Pegunungan Himalaya.

Di subduction zone (zona penunjaman atau zona subduksi) terjadi beberapa fenomena antara lain:

1. Lempeng dasar samudra menunjam ke bawah lempeng benua,
2. Terbentuk palung laut di tempat tumbukan,
3. Pembengkakan tepi lempeng benua yang merupakan deretan pegunungan,
4. Terdapat aktivitas vulkanisme, intrusi, dan ektrusi,
5. Daerah hiposentrum gempa baik dangkal maupun dalam yang dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi tektonik dan gelombang tsunami,
6. Daerah hiposentrum gempa baik dangkal maupun dalam yang dapat menyebabkan terjadinya gempa bumi tektonik dan gelombang tsunami,
7. Penghancuran lempeng akibat pergesekan lempeng, dan
8. Timbunan sedimen campuran yang dalam geologi dikenal dengan nama batuan bancuh atau melange.

Gambar 1.3. Lempeng yang saling Menumbuk 


Gambar 1.4. Batas Konvergen

c)   Kontak transform fault, terjadi bila dua lempeng berpapasan satu sama lain dengan tepi-tepi lempeng yang saling menggerus. Di daerah seperti itu terdapat aktivitas vulkanisme yang lemah dan gempa yang tidak kuat. Gejala pergeseran itu tampak pada tanggul dasar samudra yang tidak berkesinambungan, melainkan terputus-putus. Gempa bumi sering terjadi di kontak lempeng jenis ini, contohnya kawasan sesar San Andreas.

Gambar 1.5. Dua Lempeng saling Berpapasan/Pergeseran Mendatar

1.2. Cekungan Samudera (Ocean Basin)

Pada mulanya dipercaya bahwa permukaan dasar lautan itu datar dan tidak mempunyai bentuk, tetapi ilmu-ilmu modern sekarang telah membuktikan bahwa topografi dari dasar lautan adalah kompleks seperti daratan. Topografi dasar laut yang kompleks di Indonesia disebabkan karena kawasan ini merupakan pertemuan dari empat lempeng lithosfer, yaitu lempeng Eurasia, lempeng  Filipina, lempeng Pasifik, dan lempeng Samudera Hindia-Australia.

a)     Ridge dan Rise adalah suatu bentuk proes peninggian yang terdapat di atas lautan (sea floor) yang hampir serupa dengan adanya gunung-gunung di daratan.  Pada prinsipnya tidak ada perbedaan antara ridge dan rise. Keduanya hanya dapat dibedakan dari letak kemiringan lerengnya saja. Ridge lerengnya lebih terjal dari rise. Sebagai contoh, puncak-puncak dari sistem ridge di tengah Atlantik mempunyai tinggi sekitar satu sampai empat kilometer di atas lantai lautan dan sifat kemiringan rise dari dasar dengan lebar sekitar 1,500 sampai 2,000 kilometer. Rise di Pasifik Timur kurang datar dan ini tampak seperti sebuah tonjolan rendah pada lantai lautan. Rise ini mempunyai ketinggian sekitar dua sampai empat kilometer dari dasar mempunyai lebar kira-kira 2,000 sampai 4,000 kilometer.
b)     Trench adalah bagian laut yang terdalam berbentuk seperti saluran yang seolah-olah terpisah sangat dalam yang terdpat di perbatasan antara benua dengan kepulauan, dan biasanya mempunyai kedalaman yang sangat besar. Sebagai contoh, sebagian dari Java Trench mempunyai kedalaman sebesar 7,700 meter.
c)     Abbysal Plain, daerah ini relatif rata dari permukaan bumi yang terdapat dibagian sisi yang mengarah kedaratan dari sistem mid oceanic ridge
d)     Continental  Island, Beberapa pulau seperti Greenland dan Madagaskar menurut sifat Geologinyamerupakan bagian dari massa tanah daratan benua besar yang kemudian terpisah. Daerah-daerah ini lapisan kerak buminya terdiri dari batuan-batuan besi (granitic) yang jenisnya samadengan yang terdapat di daratan benua.
e)     Island Arc, Kumpulan pulau-pulau seperti kepulauan Indonesia juga mempunyai perbatasan dengan benua, tetapi mereka mempunyai asal yang berbeda. Kepulauan ini terdiri dari batuan-batuan vulkanik dan sisa-sisa sedimen pada bagian permukaan kulit lautan.
f)      Mid-Oceanic Volcanic Island, daerah ini terdiri banyak pulau-pulau kecil, khususnya terdapat di Lautan Pasifik, dimana letk mereka sangat jauh dari massa daratan.
g)     Atol-Atol, daerah ini terdiri dari kumpulan pulau yang sebagian tenggelam dibawah permukaan air. Batuan-batuan disini ditandai dengan adanya terumbu karang yang terbentuk seperti cincin yang mengelilingi sebuah lagon yang dangkal.
h)     Seamount dan Guyot, merupakan gunung berapi yang muncul dari dasar lauutan, tetapi tidak muncul sampai kepermukaan laut. Seamount mempunyai lereng yang lebih curam dan puncaknya runcing (tinggi sekitar 1 km atau lebih). Guyot mempunyai bentuk yang sama dengan seamount tetapi pada bagian puncaknya datar.
.
.
.
Terima Kasih :)



Daftar Pustaka

Baharuddin., Hamdani., Nursalam., Dafiuddin Salim., Ira Puspita Dewi dan Ulil Amri. 2017. Bahan Ajar Pengantar Oseanografi Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat. Ilmu Kelautan Universitas Lambung Mangkurat.
Syuro W, Imam. 2012. Lempeng Benua. Diakses pada 30 Desember 2019 dari http://imamsyuhro.blogspot.com/2012/09/lempeng-benua.html.

Total Suspended Solid (TSS) di Angsana

Pantai Angsana merupakan salah satu wisata pantai yang terletak di Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Pantai Ang...