Pantai Angsana merupakan salah satu wisata pantai yang
terletak di Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan.
Pantai Angsana memiliki terumbu karang yang cukup baik dan beberapa ikan-ikan
kecil yang dilindungi, seperti ikan badut (Amphiprion percula), ikan
mulut api (Firemouth cichlid), coral beauty fish, kuda laut
(Hippocampus sp.), dan masih banyak yang lain. Pantai Angsana
merupakan pantai berpasir dengan fasilitas dasar untuk snorkeling dan
menyelam.
Gambar 1. Pantai Angsana
Total suspended solid atau padatan tersuspensi
total (TSS) adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh
saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm atau lebih besar dari ukuran
partikel koloid. Zat yang tersuspensi biasanya terdiri dari zat organik dan
anorganik yang melayang-layang dalam air, secara fisika zat ini sebagai
penyebab kekeruhan pada air. Limbah cair yang mempunyai kandungan zat
tersuspensi tinggi tidak boleh dibuang langsung ke badan air karena disamping
dapat menyebabkan pendangkalan juga dapat menghalangi sinar matahari masuk
kedalam dasar air sehingga proses fotosintesa mikroorganisme tidak dapat
berlangsung.
Lumpur,
tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur termasuk TSS.
TSS umumnya dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan
kontribusi untuk kekeruhan (turbidity) dengan
membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan.
Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke nilai TSS.
Kekeruhan
adalah kecenderungan ukuran sampel untuk menyebarkan cahaya. Sementara hamburan
diproduksi oleh adanya partikel tersuspensi dalam sampel. Kekeruhan adalah
murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas sebaran akan berbeda akibat
perubahan dengan ukuran dan bentuk partikel serta materi. Sebuah sampel yang
mengandung 1.000 mg/L dari fine talcum powder akan memberikan
pembacaan yang berbeda kekeruhan dari sampel yang mengandung 1.000 mg/L
coarsely ground talc . Kedua sampel juga akan memiliki pembacaan yang berbeda
kekeruhan dari sampel mengandung 1.000 mg/L ground pepper. Meskipun
tiga sampel tersebut mengandung nilai TSS yang sama.
Perbedaan
antara padatan tersuspensi total (TSS) dan padatan terlarut total (TDS)
adalah berdasarkan prosedur penyaringan. Padatan selalu diukur sebagai berat
kering dan prosedur pengeringan harus diperhatikan untuk menghindari kesalahan
yang disebabkan oleh kelembaban yang tertahan atau kehilangan bahan akibat
penguapan atau oksidasi.
Prinsip
analisa TSS sebagai berikut :
Contoh
uji yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang.
Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan
pada suhu 103ºC sampai dengan 105ºC. Kenaikan berat saringan mewakili padatan
tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan
memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau
mengurangi volume contoh uji. Untuk memperoleh estimasi TSS, dihitung perbedaan
antara padatan terlarut total dan padatan total.
TSS
(mg/L) = (A-B) X 1000 / V
Keterangan:
A =
berat kertas saring + residu kering (mg)
B =
berat kertas saring (mg)
V =
volume contoh (mL)
Terumbu
karang adalah endapan-endapan massif penting kalsium karbonat yang terutama
dihasilkan oleh karang Scleractinia dengan
sedikit tambahan alga berkapur dan organisme-organisme lain yang mengeluarkan
CaCO3 (Nybakken,1992 dalam Yunandar,
2011). Ekosistem terumbu karang mempunyai produktivitas organik primer yang
sangat tinggi 11.680 gC/m2 pertahun (Supriharyono, 2007 dalam Yunandar,
2011).
Ekosistem
terumbu karang di zona litoral perairan laut Angsana memiliki keunikan karakter
karena dapat bertahan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan akibat tekanan
lingkungan. Kondisi ini bertentangan dengan teori pertumbuhan dan perkembangan
karang (Suharsono,1996 dalam Yunandar,
2011) sebagai prasyarat untuk kehidupan karang. Ancaman jalur transportasi
kapal tongkang batubara di sekitar ekosistem terumbu karang Angsana saat ini
berpotensi merusak ekosistem karang baik dari lychite (air
yang keluar dari timbunan batubara) karena pembasahan dari penyiraman atau
hujan saat dilakukan pengapalan sehingga memiliki peluang atau resiko yang
dapat menjadikan perairan laut Angsana bersuasana asam, perubahan suhu
permukaan laut dan turbiditas. Terlebih lagi adanya perizinan usaha pembangunan
pelabuhan khusus batubara di desa sekitarnya dan cara-cara penangkapan yang
bersifat destructive
fishing oleh nelayan luar menambah rentannya ekosistem ini dari
kerusakan dan kepunahan.
Potensi
terumbu karang Angsana sampai saat ini belum teridentifikasi baik kondisi dan
luasan dengan pasti. Struktur tutupan (coverage) berupa spot-spot karang
dengan habitat karang hidup berada di bagian tengah di ikuti ekosistem pasir
berada di bagian tepi yang bercampur dengan karang mati/rubble sedangkan
ekosistem lamun tidak ditemukan. Karang yang terdapat di Pantai Angsana
memiliki toleransi terhadap kondisi variasi lingkungandarp parameter kualitas
air salinitas, suhu, dan arus akibat pengaruh sungai sekitar.
Luasnya
tutupan karang batu dan jenis-jenis fauna bentik lainnya yang tumbuh pada
substrat karang yang tersedia serta banyaknya jenis yang hadir dari Acropora umumnya
diterima sebagai petunjuk yang berarti bagi kondisi karang. Secara umum
tingginya tutupan karang batu dan keragaman jenis merupakan petunjuk dari
karang yang sehat. Kedua indikator ini sering digunakan dalam keperluan
pemantauan berkala kondisi terumbu karang (Gomez and Yap, 1984). Persentasi
karang keras yang sudah cukup lama mati dan diselimuti alga (Dead Coral with Algae-DCA) cukup tinggi
dijumpai pada semua stasiun. Faktor penyebab matinya karang batu ini dan
kemudian terbentuk DCA akibat tingginya sedimentasi, dampak akumulatif
aktivitas bongkar muat material batubara karena wilayah tersebut merupakan
jalur transportasi dan telah beroperasi kembali pelabuhan khusus batubara dan
penggunaan potassium
sianida.
Parameter
suhu, salinitas, dan kekeruhan, terhadap pertumbuhan dan perkembangan kehidupan
karang. Nilai suhu permukaan laut antara 29.2-31.5 0C, idealnya
adalah 25-29 0C (Supriharyono, 2000 dalam Yunandar,
2011), disebabkan dangkalnya perairan sehingga cahaya matahari dapat langsung
diabsorpsi badan air. Parameter salinitas di lokasi penelitian 30.3-30.6 0/00
idealnya kehidupan karang memerlukan 34–36 0/00 kondisi
ini dipengaruhi oleh sungai-sungai besar di sekitar lokasi yang membawa
sedimen. Kekeruhan (turbiditas) merupakan bagian dari sedimen (padatan
tersuspensi yang berukuran kecil) berupa suspended solids dan setteable
solids dengan nilai 6–20 ntu, peningkatan kekeruhan secara terus
menerus dapat menimbulkan meningkatnya makroalga yang umumnya menutupi
karang-karang hidup akibatnya karang mengalami stress, seperti hilangnya warna,
tertutup oleh silt atau
lendir yang berlebihan sehingga keanekaragaman karang di peraiaran Angsana
rendah. Besarnya tekanan lingkungan dari ketiga faktor pembatas tersebut
menyisakan jenis Acropora yang
dominan dalam percent
cover yang memiliki kemampuan bertahan dengan perubahan yang ekstrim.
Daftar
Pustaka
Yunandar. 2011. Pemetaan Kondisi
Karang Tepi (Fringging Reef) dan Kualitas Air Pantai Angsana Kalimantan Selatan.
Bumi Lestari Vol 11 No 1 : 50-57.
Novie. 2012. Total Suspended Solid (TSS). Diakses
pada 1 Januari 2020 dari https://environmentalchemistry.wordpress.com/2012/01/11/total-suspended-solid-tss-2/.